Quantcast
Channel:
Viewing all articles
Browse latest Browse all 199417

Raja Salman dan Negeri Para Dermawan

$
0
0

Kedatangan Raja Salman bin Abdulaziz al Saud ke Indonesia disambut gegap gempita semua pihak. Sebagai tuan rumah, sejumlah tempat yang menjadi tujuan kunjungan dipersiapkan sebaik mungkin demi kenyamanan sang tamu istimewa.

Raja Salman merupakan Raja Arab Saudi yang ketujuh. Pria berusia 81 tahun ini juga kerap disebut sebagai penjaga Dua Kota Suci, Makah dan Madinah, yang menjadi tempat kaum muslimin seluruh dunia untuk menunaikan rukun Islam kelima.

Kehadiran Raja Salman di Indonesia ini disebut memiliki arti penting setelah 47 tahun tak bertandang ke negeri Pertiwi ini. Kunjungan terakhir pemimpin Arab dilakukan oleh Raja Faisal bin Abdulaziz pada 1970.

Meski puluhan tahun tak mengunjungi Indonesia, peran Arab Saudi telah lama dirasakan masyarakat Tanah Air. Sejumlah kerja sama terjalin dalam berbagai hal, seperti pendidikan dan juga pembangunan masjid di sejumlah daerah di Indonesia.

"Hampir semua daerah sudah didirikan masjid. Kecuali Papua, tidak banyak yang berdiri karena terbentur bahan bangunan yang mahal," ujar Muhammad Anas Syukur Mandeha, dai dari Yayasan Bakkah kepada Liputan6.com, Jakarta, Rabu (1/3/2017).

Yayasan Bakkah sendiri merupakan lembaga penyalur bantuan dari Arab Saudi untuk kepentingan umat di Indonesia. Tak hanya pembangunan masjid, sejumlah kegiatan sosial lainnya pun dilakukan.

"Bukan hanya masjid, sekolah, rumah sakit yang mereka bantu. Panti asuhan juga dibantu. Misalnya membantu orang miskin. Sampai bantuan menikahkan orang, juga ada," ujar dia.

Anas mengungkapkan, masjid itu kebanyakan didirikan di Jawa Barat. Ini lantaran kawasan ini memiliki jumlah penduduk yang banyak dan juga didukung cuaca yang bersahabat.

"Mereka membantu melihat kondisi masyarakat yang ada. Yang memang butuhkan masjid tersebut. Kalau dihitung wilayah Jawa Barat paling banyak jumlahnya. Karena masyakarat padat dan cuacanya dingin. Mereka sukai cuacanya," jelas dia.

Masjid-masjid tersebut dibangun di atas tanah wakaf dengan anggaran bervariasi, tergantung dari luas area tanah. Namun begitu, rata-rata uang yang digelontorkan berjumlah Rp 200 juta.

Dai dari lembaga penyalur bantuan Arab Saudi sedang menemani dermawan dalam peletakan batu pertama pembangunan pesantren. (Facebook)

"Arab Saudi itu melihat membangun masjid di Indonesia murah. Bahkan secara personal, mereka mampu bangun itu masjid. Bantuan itu diserahklan kepada yayasan tertentu yang dipercaya oleh organisasi Islam," jelas dia.

"Jumlah personal yang menyumbang sangat banyak karena mereka memang sangat percaya dengan hadis, siapa bangun masjid dibangunkan rumah surga. Itu yang mereka pegang, sehingga sangat antusias membangun masjid di Indonesia," imbuh Anas.

Setelah masjid itu berdiri, tak ada ketentuan khusus dalam mengelolanya. Yang terpenting, tempat ibadah itu dapat bermanfaat bagi kegiatan umat Islam di Indonesia.

"Mereka mau agar masjid hidup. Jadi tempat belajar taklim dan pendidikan anak," jelas dia.

Raja Salman akan menyambangi Indonesia pada 1-9 Maret 2017. Raja Arab Saudi itu membawa rombongan 1.500 orang termasuk 7 menteri dan 19 pangeran.

Kisah lainnya terkait negeri para dermawan itu dapat dirasakan saat berada di Tanah Suci, Makah maupun Madinah. Dalam sejumlah momen, terekam kepedulian mereka terhadap para tamu Allah.

Pantauan Liputan6.com, pada musim haji 2016, usai salat Subuh, para jemaah mengantre panjang di pinggir jalan, tak jauh dari areal masjid. Mereka menunggu pembagian makanan dari dermawan.

Tak hanya itu, setiap jelang salat Jumat, para dermawan juga membagikan air mineral dingin gratis kepada jemaah untuk sekadar membasahkan tenggorokan kala panas menyengat ubun-ubun kepala.

Kepedulian mereka juga terlihat kala bulan Ramadan. Masyarakat Arab berebut mencari mereka yang berpuasa agar menerima sedekahnya. Bentuk yang diberikan berupa makanan maupun minuman.

"Dari pelataran masjid Nabawi sudah ditarik tangan kita menuju ke tempat mereka buka makanan di dalam Masjid Nabawi. Ada juga yang stand by di parkiran mobil," ujar Abdullah Fahmi, Mahasiswa Semester Akhir di Universitas Islam Madinah, dalam perbincangan dengan Liputan6.com.

"Kalau kurma dan makanan ringan lainnya di dalam masjid. Tapi kalau nasi dan makanan berat lainnya di pelataran masjid," ujar dia.

 


Viewing all articles
Browse latest Browse all 199417


<script src="https://jsc.adskeeper.com/r/s/rssing.com.1596347.js" async> </script>